Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia.Setiap murid yang duduk di kelas kita adalah individu yang unik dan ini seharusnya menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang kita lakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevaluasi praktik-praktik pembelajaran kita.Keberagaman murid dapat berupa:
- murid-murid kita yang berasal dari keluarga kurang mampu yang tidak dapat mengakses teknologi dari rumah sehingga tidak bisa berpartisipasi dalam pembelajaran daring;
- murid-murid yang memiliki kesulitan memahami bahasa yang digunakan di kelas, karena ia murid yang baru pindah dari daerah lain;
- murid-murid yang bosan karena ia sebenarnya telah menguasai keterampilan yang diajarkan, sehingga pembelajaran tidak menantang lagi untuknya;
- murid-murid yang saat ini sedang berjuang keras untuk mencoba memahami apa yang diajarkan, namun karena adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara apa yang ia mampu lakukan dengan apa yang sedang dipelajari, akhirnya ia tidak bisa membuat koneksi;
- murid kita yang hasil-hasil kerjanya tampak baik, namun di sisi lain memiliki masalah sosial emosional;
- murid kita yang memiliki minat yang besar terhadap bidang tertentu;
- murid-murid kita yang memiliki kesulitan-kesulitan dalam belajar;
- dan sebagainya.
Melihat betapa luas keberagaman murid-murid kita, maka sebagai guru, kita perlu berpikir bagaimana caranya kita dapat menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka.Sebagai pendidik, dengan meyakini bahwa tugas kita adalah melayani murid-murid dengan segala keberagaman tersebut serta menyediakan lingkungan dan pengalaman belajar terbaik bagi mereka, maka berarti kita juga harus meyakini bahwa:
- semua murid kita bisa berhasil dan sukses dalam pembelajarannya.
- bersikap adil itu bukan berarti menyamaratakan perlakuan kepada semua murid.
- setiap murid memiliki pola belajarnya sendiri yang unik.
- praktik-praktik pembelajaran perlu ditelaah efektifitasnya lewat bukti-bukti yang diambil dari pengalaman demi pengalaman.
- guru adalah kunci dari keberhasilan pengembangan program pembelajaran murid-murid di kelasnya.
- guru membutuhkan dukungan dari komunitas yang lebih besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua siswa.
Fakta bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika tidak, maka tentunya akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut.Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Merupakan usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.Ketiga aspek tersebut adalah:
- Kesiapan belajar (readiness) murid
- Minat murid
- Profil belajar murid
- Kesiapan Belajar Murid
- Menyampaikan materi yang akan dipelajari,
- Memberi penjelasan tentangtujuan pembelajaran dan konsep kunci yang ingin dikuasaimurid,
- Tanya jawab dan memberi contoh-contoh untuk memastikan murid memahami yang dimaksud dengan "sistem".
- Untuk penugasan kelompok,guru mengelompokkan murid berdasarkan tingkat kemampuan membaca
- Kegiatan observasi, memantau pemahaman murid kemudian mencatat hasil observasi.
- Minat Murid
- Menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid
- Menyiapkan daftar kegiatan lengkap dengan instruksinya, contoh membaca buku atau artikel, mengamati poster,
- Mendiskusikannya dan membuat ringkasan untuk menunjukan pemahaman tentang isi poster, serta menjawab kartu-kartu pertanyaan agar murid memahami materi yang disampaikan.
- Menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan sesuai dengan minat individu murid, contoh; Kegiatan membaca/ menulis, Melalui menggunting gambar,menggambar mandiri.
- Profil Belajar Murid
- Melihat tujuan pembelajaran atau target yang ingin dicapai
- Melihat data atau informasi yang telah didapat dari kegiatan sebelumnya terkait murid.
- Observasi dan pemantauan tingkat pemahaman murid-murid.
- Mengajukan pertanyaan awal dan pertanyaan lanjutan kepada murid yang memerlukan bantuan atau yang perlu diberikan tantangan lebih.
Strategi pembelajaran berdiferensiasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran antara diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.1. Diferensiasi Konten: ”Strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten/ materi".2. Diferensiasi Proses: ”Strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh murid yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami konten".3. Diferensiasi Produk: ”Strategi membedakan produk yang harus dihasilkan oleh murid yang dapat mencerminkan pemahaman konten".
- Penilaian Berkelanjutan:
Melalui kegiatan observasi, pemberian pertanyaan-pertanyaan,dan, melakukan kegiatan refleksi.Kegiatan refleksi digunakan untuk:1. Mengapresiasi murid, untuk mengetahui atau menilai sejauh mana pemahaman murid tentang topik yang sedang dipelajari (Penilaian formatif).2. Mengetahui bagaimana perasaan murid-murid ketika melakukan proses pembelajaran.Semua kegiatan ini dapat digunakan menjadi informasi untuk mengembangkan pembelajaran selanjutnya.